KLHK Terbang ke Palembang untuk Berdiskusi Penanganan Limbah Menggunakan Green Garbage

PALEMBANG, NAGARA.ID – Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menggelar diskusi dalam suasana santai tapi cukup serius. Disebut santai karena digelar di halaman  terbuka di lingkungan PT Lembaga Green Garbage di Jalan KH Ahmad Dahlan No.63, Palembang.

Dibilang cukup serius, ya, karena materinya memang tak main-main, yaitu menyangkut upaya penanganan limbah cair, antara lain dari pabrik tahu, pabrik minyak kelapa sawit, dan peternakan  sapi.

Pada akhirnya diskusi berlangsung selama tiga jam dengan melibatkan tiga pejabat fungsional dari Direktorat Pengendalian Pencemaran Air Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), yang terbang langsung dari Jakarta. Mereka adalah Salman Anwar, Harni Sulistyowati, dan Eti Purwati. Tampil sebagai narasumber, Direktur Green Garbage Syamsul Bahri Alwie.

“Diskusi berlangsung sangat menarik. Tim dari KLHK antusias sekali menanyakan hal-hal detil mengenai kemampuan fermentor dan bioremediator kami dalam proses pengolahan limbah cair,” tutur Syamsul Alwie usai diskusi tersebut, Rabu (27/3/2024).

Pada kesempatan itu, Tim KLHK membawa beberapa sampel produk Green Garbage, seperti fermentor, bioremediator serta kompos hasil pengolahan sludge (limbah minyak bumi), untuk diujicobakan sebagai langkah awal yang nantinya akan diaplikasikan kepada masyarakat terkait.

Cukup Dikenal

Di lingkungan Provinsi Sumatera Selatan, nama Syamsul Alwie dengan Lembaga Green Garbage sudah cukup dikenal. Syamsul yang juga pensiunan dosen pada Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya

Palembang ini sudah belasan tahun melakukan penelitian mandiri sampai akhirnya berhasil menciptakan fermentor dan bioremediator yang mumpuni.

Produk yang masih skala terbatas ini sudah banyak diujicobakan menangani berbagai masalah limbah, termasuk limbah sludge hasil pengolahan tambang minya. Antara lain di stasiun pengumpul limbah

minyak (sludge) di Talang Jimar EP Pertamina Prabumulih, Sumatera Selatan, pada 2020. Bahkan pernah pula diujicobakan menangani limbah pabrik tahu di kawasan Lenteng Agung, Jakarta, pada tahun yang sama.

Semuanya menunjukkan hasil yang baik. Limbah sludge yang awalnya mengandung Total Petroleum Hydrocarbons (TPH) 126.000 ppm, berhasil diubah menjadi pupuk kompos berkualitas dengan TPH hanya 140 ppm. Sedangkan pada limbah pabrik tahu, berhasil menghilangkan bau busuk, sekaligus menghasilkan pupuk cair.

Diundang Pertamina

Keberhasilan menangani sludge sempat menarik perhatian Pertamina, yang ditunjukkan dengan mengundang Syamsul Alwie untuk presentasi di Kantor Pertamina Hulu di Gedung Sopo Del Mega Kuningan, Jakarta, pada 15 Desember 2023.

Temuan Syamsul Alwie ini tentu saja sangat bermafaat dalam penanganan masalah limbah, khususnya limbah cair. Maklumlah, semua tentu tahu bahwa limbah cair yang dihasilkan oleh proses produksi di pabrik mau pun usaha peternakan jika dibuang ke badan air (sungai), dapat menimbulkan pencemaran berupa meningkatnya Biological Oxygen Demand (BOD), Chemical Oxygen Demand (COD), dan menurunnya oksigen terlarut, di samping mengeluarkan bau tidak sedap.

Dengan fermentor dan bioremediator temuan Syamsul Alwie ini diharapkan penanganan masalah limbah cair akan dapat dilakukan dengan lebih baik, lebih mudah, dan lebih ekonomis.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

16 − 5 =