oleh

Pengakuan Pasien Singapura yang Dinyatakan Sembuh dari Serangan Corona

NAGARA.ID – Mungkin banyak di antara pembaca yang masih bingung apakah pasien terkena serang virus Corona bisa sembuh atau tidak? Ternyata, penderita “sesak nafas” dan demam tinggi akibat Corona ini bisa sembuh seperti sediakala.

Sebagaimana dikutip dari BBC, Singapura menjadi salah negara yang terpapar virus corona (Covid-19). Tercatat ada 110 kasus, 78 di antaranya telah sembuh dan tidak ada kasus kematian.

Kesibukan Penduduk Singapura di tengah maraknya serangan Virus Corona

Sementara 32 kasus lainnya dikonfirmasi masih dalam perawatan pihak rumah sakit.

Salah satu pasien memberanikan diri berbagi pengalaman saat dirinya menjalani perawatan dan kini dinyatakan sembuh. Julie, begitu ia menyebut dirinya, mengisahkan pengobatan yang diterimanya saat terinfeksi virus tersebut.

“Pada 3 Februari 2020 saya demam.  Suhu tubuh mencapai  38,5 derajat Celcius.  Saya minum dua Panadol dan merasa lebih baik. Hanya merasa sedikit lelah dan memutuskan tidur sepanjang hari,” ujar Julie dalam sebuah tayangan video.

Setelah demamnya mereda, Julie mengaku kembali merasa sehat seperti sebelumnya sepanjang pekan.

“Saya merasa baik-baik saja, tak merasakan sakit, bahkan tidak ada pilek atau batuk. Namun empat hari kemudian, pada 7 Februari pukul 03.00 dini hari, saya bangun dan ruangan terlihat berputar,” ungkap Julie.

Sehari setelahnya, 8 Februari, Julie pun didiagnosis positif terinfeksi virus corona oleh pihak rumah sakit yang merawatnya. Kemudian dia dimasukkan ke dalam ruangan perawatan isolasi.

“Ruangan isolasi itu adalah empat dinding dengan sebuah pintu. Makanan untukku dimasukkan ke dalam sebuah lubang, termasuk obat, pakaian ganti dan handuk,” tutur Julie.

Dengan kata lain, tak ada petugas medis yang kontak langsung dengan pasien selama perawatan.

“Tetap boleh membawa ponsel, mengirim pesan atau video call. Tapi hampir tak ada interaksi dengan manusia. Saya hampir ingin mengetuk dinding sebelah ruangan dan berbicara dengan pasien lain di sebelah,” paparnya.

Masa Kritis Berlalu

Saat memasuki masa kritis, Julie mengaku salah satu hal yang dirasakan adalah masalah pernafasan.

“Saya merasa paru-paru bekerja sangat keras, tidak seperti biasanya, saat kita bahkan tidak menyadari sedang bernapas,” ungkap Julie.

Bahkan, Julie mengaku rasanya sangat melelahkan jalan dari tempat tidur ke kamar mandi yang jaraknya hanya sekitar lima meter.

“Meski hanya dengan berjalan kaki, rasanya sangat sulit. Saya tidak tahu dampak jangka panjangnya, hal yang saya tahu adalah tak mampu berjalan terlalu lama atau jauh,” jelas Julie mengenang masa kritisnya.

Saat itu, ia mengaku terengah-engah. Napasnya pendek. “Dan harus duduk”. Tak seperti diri sendiri karena belum pernah merasa seperti itu sebelumnya.

Julie dinyatakan sembuh total, sembilan hari setelah dinyatakan positif terinfeksi virus corona.  “Saat itu saya hanya berpikir sedang flu yang tengah jadi perhatian dunia, di mana orang-orang khawatir karena mereka tak tahu apa-apa soal itu. Hanya sedikit tahu informasi,” ungkapnya.

Pesan Julie, ketika Anda merasa takut, apakah ketakutan skala kecil atau skala besar, hal itu melahirkan banyak ketidaktahuan dan juga prasangka. Oleh sebab itu, bekali diri dengan informasi.(mdk/aen)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *